Kamis, 05 Maret 2009

FAKTOR INTERNAL DALAM INTERALISASI NILAI-NILAI AGAMA

. Kamis, 05 Maret 2009

Sendi-sendi fundamental yang mendasari kehidupan psikologis manusia yaitu iman dan tauhid berdimensi ketakwaan yang monoloyal kepada Allah, berhasil didorong dan dipacu untuk berperan nyata dalam segala bidang kehidupan yang melahirkan sikap hidup Fastabiqul Khaeraat.
Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini adalah kaburnya nilai-nilai agama dalam masyarakat. Mereka dihadapkan kepada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. hal ini tampak jelas pada mereka yang sedang pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup di kota-bkota besar di Indonesia yang mencoba mengembangkan diri dari arah kehidupan yang disangka maju dan modern, dimana berkecamuk aneka ragama kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.
Sikap yang mengejar-kemajuan lahiriyah tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang dianutnya, mengeyebabkan generasi muda kebingungan bergaul karena apa yang dipelajarinya disekolah bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orangtuanya sendiri di rumah.
Kontradiksi yang terdapat dalam kehidupan generasi oenerus itu, menghambat pembinaan moralnya. Karena pembinaan moral itu terjalin dalam pembinaan pribadinya. Apabila faktor-faktor dan unsur-unsur yang membina itu bertentangan antara satu sama lain, maka akan goncanglah jiwa yang dibina terutama mereka yang sedang mengalami pertumbuhan dan perubahan cepat.
Kegoncangan jiwa akibat kehilangan pegangan itu telah menimbulkan berbagai ekses terhadap kehidupan bermasyarakat. Seandainya keadaan itu dibiarkan terus berjalan dan berkembang, maka pembangunan bangsa kita akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal. Karena tujuan pembangunan kita adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup, yang seimbang antara kemakmuran lahiriyah dan kebahagiaan bathin, atau dengan kata lain, sifat pembangunan negara kita adalah pembangunan yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara materiil dan spirituil antara kehidupan dunia dan akherat.
Secara nasional faktor-faktor tersebut bahayanya adalah menghambat tercapainya tujuan pembangunan dan secara pribadi atau masing-masing anggota masyarakat, mereka akan kehilangan kebahagiaan.
Kalau kita kaji secara mendalam ada beberapa faktor internal dalam interalisasi dalam nilai agama hal ini memang sangat rentan, namun hal itu harus menjadi perhatian bahwa memang hal tersebut sangat berperan dalam timbal balik pemahaman nilai agama.
Adapun faktor-faktor internal dalam interalisasi tersebut diantaranya :
1. Usia/umur
Waktu atau usia yang dimiliki oleh seseorang sangat berpengaruh terhadap pemahamannya akan nilai-nilai agama. Hal ini dapat kita perhatikan bahwa masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa, atau dapat dikatakan bahwa masa dewasa adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa.
Anak-anak jelas kedudukannya yaitu yang belum dapat hidup sendiri, belum matang dari segala segi, tubuh masih kecil, organ-organ belum dapat menjalankan fungsinya secara sempurna, kecerdasan, emosi dan hubungan sosial belum selesai pertumbuhannya. Hidup masih tergntung pada orang dewasa, belum dapat diberi tanggungjawab atas segala hal. Dan mereka menerima kedudukan seperti itu.
Masa dewasa juga jelas. Pertumbuhan jasmani telah sempurna kecerdasan dan emosi telah cukup berkembang. Segala organ dalam tubuh telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, disamping itu ia telah mampu mencari rezeki untuk kepentingan dirinya, dia tidak bergantung lagi kepada orang tua atau orang lain. Dia telah diberi oleh tanggungjawab dan mampu memikul tanggungjawab tersebut. Dia diterima masyarakat, diamana dia berada sebagai orang dewasa yang matang, pendapatnya patut didengar, pertimbangannya perlu diindahkan dan dia diberi kepercayaan untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, baik kegiatan sosial, politik, ekonomi maupun agama.
Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Ide agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu mendapat kritikan dalam hal agama. Tentunya apa yang tumbuh dan berkembang itulah yang menjadi keyakinan yang dipeganginya melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.
Masa-masa muda yang mendapat didikan agama dengan cara yang tidak memberi kesempatan untuk berpikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan para generasi muda dalam memahami agama agak berkurang.
Dapat kita pelajari bagaimana seseorang yang sudah berumur akan sangat berpengaruh dalam melakukan aktivitas nilai-nilai agama dibandingkan dengan seseorang yang masih belia umurnya, faktor usia memang sangat vital.
Pemahaman orangtua atau orang dewasa sangat berperasaan dalam melakukan aktivitas nilai agama, pengaruh usialah yang sangat dominan. Hal ini dikarenakan orang yang sudah dewasa akan lebih bijaksana dalam melakukannya dibandingkan orang yang masih belia.
Sebagai contoh kita lihat bagaimana interalisasi nilai agama bagi anak muda dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan dengan orang dewasa, nampaklah bahwa orang-orang muda selalu ada dibelakang dan tidak akan muncul kedepan karena merasa belum pantas dan sebagainya untuk maju sebagai orang pertama.
Demikian juga dalam hal sholat berjamaah, orang tua akan lebih didahulukan dibandingkan dengan anak muda sebagai imam, karena beberapa keadaan lingkungan yang membuat hal tersebut terbentuk, walaupun nilai ajaran agama tidak mengajarkan demikian, namun pemahaman masyarakat akan hal itu hingga sekarang ini tidak atau belum dapat dirobah.

2. Pendidikan
Hubungan antara pendidikan dengan masyarakat (manusia) erat sekali, maka dalam proses perkembangannya saling mempengaruhi, mesin pendidikan yang kita namakan sekolah dalam proses perkembangannya tidak terlepas dari gerakan mesin sosial. Mesin sosial diselenggarakan segenap komponen kehidupan manusia, terdiri dari sektor-sektor sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta agama.
Kalau kita lihat dalam pemahaman interalisasi agama pada pendidikan oleh masyarakat yang menerima agama, maka akan sangat berpengaruh jelas akan ketimpangan dan hubungannya dalam pelaksanaan kehidupan ini
Seseorang akan memahami nilai agama sesuai dengan apa yang dipelajari masa sebelumnya, jadi apa yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari merupakan interalasi apa yang diterimanya dari pendidikan atau orang yang mengajarinya.
Faktor pendidikan agama yang dimiliki seseorang mempunyai peranan penting, karena sebagai wujud dari pemahamannya terhadap agama maka ia akan mentransfernya dalam kehidupan.
Oleh karena itu, apabila pendidikan agama yang diberikan kepadanya menyimpang, maka akan terjadi kesalahan fatal dalam mentransfernya kepada kehidupan nyata, dapat kita lihat maraknya pendidikan agama yang kesemuanya sangat menyentuh para orangtua agar anaknya masuk dalam lembaga tersebut.
Namun harus disadari bahwa pendidikan agama bagi seseorang sangat berpengaruh besar nantinya terhadap kehidupannya, maka haruslah dipilih lembaga pendidikan agama yang mana untuk kepantasan dan kecocokan baginya karena apabila adanya pemaksaan terhadap pendidikan agama maka yang bersangkutan akan merasa terpaksa dan akahirnya akan berbahaya bagi kehidupannya dalam menginteralisasi nilai agama dalam kehidupannya.

3. Faktor Fisiologis dan Psikologis
Kondisi umum jasmani bagi seseorang sangat berpengaruh bagi semangat dan intesitas seseorang dalam melaksanakan ajaran agama, kita ketahui bersama bahwa apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka yang bersangkutan secara outomatis akan berkurang dalam menginteralisasikan nilai agama dalam kesehariannya.
Untuk mengatasi akan adanya kondisi tubuh yang menurun, maka diperlukan pemeliharaan kesehatan secara rutin, apabila seseorang dalam keadaan sehat jasmani, maka seseorang akan dapat melakukan transfer nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai bukti dapat kita lihat bagaimana seseorang dapat datang ke masjid seandainya yang bersangkutan sakit parah, bahkan untuk berdiri melakukan sholatpun tidak bisa, dengan demikian dapat kita pahami bahwa interalisasi nilai agama bagi orang tersebut tidak maksimal dilakukan. Oleh karena itu kondisi yang prima dan bugar dapat menggerakkan seseorang menerapkan nilai agama dalam kehidupannya sehari-hari.
Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani seseorang dapat dikatakan sebagai latar belakang implementasinya, karenanya keadaan seseorang yang segar akan lain pengaruhnya daripada keadaan jasmani yang kurang segar.
Adapun faktor psikologis juga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas seseorang dalam menyerap dan menjlankan nilai agama.
Psikologis tersebut akan menurunkan intelegensi manusia dalam menggerakkan otot-otot atau organ-organ tubuh lainnya karena apabila intelegensinya menurun akan menurun pula implementasinya karena otak merupakan menara pengontrol hampir selurubaktivitas manusia.
Untuk itu, faktor-faktor psikologi yang harus diperhatikan dalam rangka peningkatan kualitas interalisasi nilai agama adalah diantaranya sikap, bakat, minat, dan motivasi. Keempat hal ini selalu terkait dengan apa yang akan menjadi panutan dan pemahaman seseorang dalam memahami nilai agama dalam kehidupannya.
Namun ada beberapa faktor lain dari psikologis seseorang ini yang harus menjadi perhatian yaitu :
- adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
- adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju
- adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru, dan teman-teman.
- Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi.
- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai ilmu atau agama.
- Adanya ganjaran hukuman sebagi akhir dari apa yang tidak dikerjakan apabila sudah mengetahui.
Namun ada pendapat lain yang bermeda dengan motif-motif ini yaitu Maslow mengemukakan :
- adanya kebutuhan fisik
- adanya kebutuhan akan rasa aman bebas dari kekhawatiran
- adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain.
- Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan masyarakat
- Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.

Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor tersebut pada prinsipnya harus diperhatikan, faktor internal dalam interaliasi nilai agama merupakan faktor mendasar dalam pemahaman nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, faktor internal dalam hal ini juga akan dipengaruhi akan beberapa hal faktor eksternal yang nantinya akan berkesinambungan dalam mengisi keduanya sebagai timbal bail dalam implementasinya.

Bahan Bacaan
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (jakarta: Rajawali, 1987)
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000)
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Bumi Aksara, 1994)
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996)
Zakiyah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970)

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Feed Ruri Andari

KOMPAS.com - Nasional

Mengenai Saya

Foto saya
Candidat Doktor,Dosen di Babel, Konsultan Pendidikan, Widiaishwara Badan Diklat Babel,tinggal di Pangkalpinang babel lahir di Pangkalbuluh Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Istri : Maria Susanti, S.Ag, anak 3 orang : Afdila Ilham Isma (lahir di Pekan Baru/Riau), Asyiqo Kalif Isma (lahir di Pangkalpinang, Alziro Qaysa Isma (lahir di Pangkalpinang)
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com